Sunday, May 22, 2011

Tokoh-Tokoh dalam Franco-Prussian War (15 Juli 1870 - 1 Februari 1871)

Franco-Prussian War adalah perang besar yang menjadi titik pemersatu negara-negara 'Speak German' kedalam satu kesatuan yang disebut Kekaisaran Jerman (kecuali Austria). Perang tersebut berlangsung diantara tahun 1870 hingga 1871 dengan pihak Prussia dan aliansinya yang menjadi pemenang perang. Setelah itu, perang melahirkan kekuasaan baru yang bernama Kekaisaran Jerman dengan tambahan daerah kekuasaan Alsace-Lorraine yang diambil dari Perancis.

Perancis yang sejak jaman Napoleon mampu membabi-buta dan meluluh-lantakkan negara-negara di Eropa, kini situasinya telah berbalik. Perancis dibawah Napoleon 3 hancur dan dipermalukan oleh Kekaisaran Jerman. Kekaisaran Jerman yang merupakan gabungan dari Prussia, North German Confederation, Bavaria, Württemberg dan Baden mendapat dirinya di panggung kekuasaan dan kekuatan terbesar di Eropa yang mampu menyaingi popularitas Kerajaan Inggris.


Tokoh yang berperan penting:


Otto Von Bismarck (1815-1898) adalah seorang Ministerpräsident atau Perdana Mentri Prussia yang kebijakan politiknya membawa setidaknya 3 perang besar yang terjadi pada masa itu. Bismarck menjadi kanselir Kekaisaran Jerman pada tahun 1871 dan lebih dikenal dengan sebutan Kanselir Besi akibat dari sepak terjang politiknya yang sangat radikal. 

Sebagai seorang yang nasionalis sejati, dia berusaha untuk mempersatukan negara-negara yang berbahasa Jerman kedalam satu pemerintahan. Semula Jerman telah terbagi menjadi dua bagian yang dikelompokkan menjadi Jerman Utara (beragama Protestan) dan Jerman Selatan (beragama Katolik). Dia mem-provokasi negara-negara kecil sekitar Prussia untuk bersatu melawan musuh bebuyutan mereka, yaitu Perancis. Dia beranggapan bahwa dengan cara provokasi tersebut Jerman bisa disatukan dengan cepat dan tidak perlu memerlukan waktu yang sangat lama. Dia memanfaatkan kebencian negara-negara 'Speak German' karena kekalahan mereka pada Napoleonic Wars. Dia mengumpulkan sekaligus membawa 'negara-negara yang berbahasa Jerman' pada persatuan dan pada Franco-Prussia War. 

Fakta sejarah pada masa itu: Kekalahan yang diderita negara-negara Jerman Utara dan Jerman Selatan pada masa pemerintahan Napoleon telah memaksa pemerintah setempat untuk menyumbangkan pasukan regulernya yang kira-kira berjumlah 250.000 pasukan sebagai suatu kesatuan tambahan pada pasukan Perancis. Hal ini sangat hina, dan menyakitkan bagi mereka. Bahkan pemerintah setempat terpaksa harus menggunakan militia untuk menjaga daerah kekuasaannya. Tetapi, sejak provokasi persatuan dikumandangkan oleh Bismarck, mereka mulai mengumpulkan rakyat dan memasukkannya kedalam kesatuan tentara cadangan yang kemampuannya se-level dengan tentara reguler, untuk bersiap menghadapi perang di masa depan yang sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
Napoleon III (1808-1873) adalah anak Louis Bonaparte (saudara kandung Napoleon 1) dan menjadi pemegang garis keturunan Napoleon terakhir setelah kematian kerabat-kerabatnya (saudara sepupunya maupun ayahnya). Sekembalinya dari pengasingan, dia melakukan kudeta yang gagal di Boulogone dan mendapati dirinya ditangkap dan dipenjara seumur hidup. Pada kenyataannya, dia dapat melarikan diri ke Inggris pada tahun 1846. Tetapi setelah revolusi Perancis 1848, Perancis menjadi negara yang berbentuk republik dan mengijinkan Napoleon 3 untuk pulang ke kampung halamannya. Ia terpilih menjadi anggota Majelis Nasional dan memenangkan kursi kepresidenan. 

Karena kursi kepresidenan hanya mengijinkan sekali masa jabatan, Napoleon 3 mendapati dirinya kurang puas dengan keadaan tersebut dan melakukan kudeta lagi. Dia akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan, meng-klaim dirinya sebagai seorang diktator dan pada akhirnya mengangkat dirinya menjadi Kaisar Perancis. 

Napoleon 3 bersumpah untuk menggulingkan kekuatan Prussia di Eropa dan berusaha untuk mengembalikan perbatasan Rhine yang jatuh dari tangan Perancis karena kekalahan Napoleon 1. 

Pemimpin militer Perancis terkejut dengan kekuatan besar Prussia karena mampu mengalahkan Austria di Königgratz pada tahun 1866. Napoleon 3 mendesak reformasi militer besar-besaran dalam tubuh Perancis. 

Fakta Sejarah: Rakyat Perancis percaya dengan keturunan Napoleon 1 dan dalam hal ini percaya kepada Napoleon 3. Rakyat berharap Napoleon 3 mampu mengembalikan lagi kejayaan Perancis yang pernah didapat pada masa sebelumnya. Setelah kekalahan Perancis karena Napoleon 1, militer negara tersebut jatuh terpuruk dan tidak mampu untuk mengimbangi kekuatan-kekuatan besar di Eropa. Bismarck dan Napoleon 3 belum siap untuk berperang. Bismarck sedang dalam sebuah misi untuk peyatuan Jerman Utara dan Jerman Selatan, dia sedang dalam proses negosiasi dengan negara-negara di selatan Prussia. Sedangkan Perancis juga sedang dalam sebuah misi reformasi militer.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pangeran Leopold dari Hohenzollern-Sigmaringen, keponakan Raja Wilhelm 1 dari Prussia ditawari tahta Spanyol oleh parlementer Spanyol. Hal ini dikarenakan oleh kosongnya tahta Spanyol akibat kejatuhan Bourbons sejak terjadinya revolusi tahun 1868. Bismarck melihat hal tersebut sebagai peluang untuk mem-provokasi perang dengan Perancis. Bismarck ingin menekan perbatasan Perancis di dua sisi (Prussia dan Spanyol) dan hal itu hanya dapat terjadi jika Pangeran Leopold mau menerima tahta tersebut. Pangeran Leopold dan raja Wilhelm 1 akhirnya tetap menolak tawaran tersebut karena mereka cenderung ingin menghindari perang dengan Perancis, padahal Bismarck telah mendesak agar menerima tawaran tahta tersebut.



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perancis dengan Duc de Gramont sebagai Mentri Luar Negeri mengancam Bismarck dengan perang jika menerima tawaran tersebut. Perancis memiliki aliansi non-formal dengan Austria (dengan alasan pembalasan dendam kekalahan tahun 1866) dan dengan Denmark (dengan alasan pembalasan dendam karena kekalahan perang pada Second Schleswig War ditahun 1864). Kekawatiran Duc de Gramont terlalu berlebihan dan akhirnya dia melakukan tindakan bodoh dengan memaksa raja Wilhelm 1 untuk menandatangani dokumen dan menerbikan pernyataan tentang penyangkalannya terhadap tawaran tahta Spanyol. Raja Wilhelm 1 merasa terhina dan menolak permintaan tersebut. Moment itu digunakan oleh Bismarck untuk menambah alasan berperang dengan Perancis. Tetapi, untuk mendapat dukungan Jerman Selatan, dia harus membuat situasi agar Perancis terlihat sebagai agresor. Bismarck berharap, aliansi dengan Jerman Selatan segera terbentuk. Karena kebodohan Duc de Gramont dan karena kepintaran Bismarck dalam propaganda perang di kedua negara, akhirnya, French Chamber mendeklarasikan perang terlebih dahulu.